Jakarta, Kemendikbudristek – Salah satu agenda dalam acara Sapa GTK episode kedua yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Guru dan tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) adalah membahas praktik baik implementasi Kurikulum Merdeka dan platform Merdeka Mengajar pada Sekolah Pelaksana Program Sekolah Penggerak (PSP) Angkatan 1.
Sebagai
perwakilan kepala sekolah dan guru, hadir Kepala Sekolah SMP Negeri 1
Pontianak, Yuyun Yuniarti dan Guru SD Negeri 5 Rabangodu Utara, Erdin Putra
Fajar yang merupakan perwakilan dari guru yang sudah menerapkan Kurikulum
Merdeka Belajar di sekolahnya.
Yuyun
Yuniarti yang sekolahnya merupakan pelaksana program Sekolah Penggerak
menceritakan bahwa praktik baik utama yang mereka terapkan dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di sekolah adalah budaya merefleksi dan
berkolaborasi baik dengan guru dan orang tua. Refleksi menurutnya adalah upaya
untuk melihat kekuatan yang ada di sekolah, termasuk pemberdayaan dari kekuatan
tersebut serta upaya mengatasi kendala yang dihadapi oleh pendidik.
“Diawali
dengan kegiatan merefleksi itu, kami dapat masukan dari Bapak/Ibu guru
bagaimana untuk lebih bisa memahami paradigma pembelajaran yang baru dan juga
asesmennya,” terang Yuyun di hadapan 4 ribu peserta yang hadir secara daring
pekan lalu, (30/3).
Dari hasil
refleksinya, Yuyun menginisiasi pelatihan yang diselenggarakan di sekolah
(in-house training) bagi seluruh guru di sekolahnya. Hal ini bertujuan untuk
lebih menekankan prinsip-prinsip pembelajaran dan asesmen. Kesempatan itu juga
menjadi ajang bertukar pikiran dengan para guru tentang kriteria
prinsip-prinsip pembelajaran berdiferensiasi.
“Strategi
yang saya jalankan dalam membimbing guru dengan layanan Layanan Pembimbingan
Pemantauan Kontrol dan Supervisi (LP2KS). Dengan strategi ini kami bisa
memantau sejauh mana Bapak/Ibu guru merancang pembelajaran yang berdiferensiasi
yang berpihak pada peserta didik. Pembimbingan itu dilakukan secara kelompok
dan individual, dilanjutkan dengan pengawasan (controlling),” kata Yuyun yang
sudah 11 tahun menjabat sebagai kepala sekolah.
Melalui
tahapan pengawasan, ia dapat memeriksa sejauh mana kemampuan guru dalam
mengembangkan modul ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran, termasuk
asesmen diagnostiknya. Dalam pengembangan modul ajar, Yuyun memberikan
pemahaman dan pelatihan pada guru untuk memanfaatkan akun belajar.id. Mulai
dari membimbing mereka satu persatu untuk mengunduh dan menggunakan aplikasi
Merdeka Mengajar.
“Dari sini,
mereka mencoba menggunakan seluruh fitur dalam aplikasi tersebut dan mereka
diminta untuk memberikan testimoni. Saya katakan pada mereka bahwa tidak harus
membuat sendiri perangkat ajar, banyak yang bisa dimanfaatkan dari platform
Merdeka Mengajar. Boleh dipilih, mana yang sesuai, silakan diadopsi,”
terangnya.
Berbeda
dengan kisah sebelumnya, Guru SD Negeri 5 Rabangodu Utara, Erdin Putra Fajar
mengaku awalnya ia belum begitu paham dengan model implementasi pembelajaran
berdiferensiasi. Oleh karenanya, ia sempat ragu untuk mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka. Namun, ia merasa
terbantu dengan adanya platform Merdeka Mengajar.
“Saya sering
berselancar di platform Merdeka Mengajar, saya menonton video-video inspiratif
terkait pembelajaran berdiferensiasi dan modul ajar yang sudah disediakan. Dari
sini, kemudian saya menggali lagi kemampuan saya untuk mendesain
pembelajaran-pembelajaran yang bisa mengakomodir tiga karakteristik dari gaya
belajar peserta didik,” terang Erdin.
Acara Sapa GTK episode kedua ini turut menghadirkan Dirjen GTK, Iwan Syahril; Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo; Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Zulfikri Anas; serta Tim Platform Merdeka Mengajar, Lasty Devira Kesdu. (*Red) Sumber : https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/04/kisah-inspiratif-kepala-sekolah-dan-guru-mengimplementasikan-kurikulum-merdeka