BEKASI, CyberSatu
Disinyalir ada kongkalikong tentang kecurangan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) tahun 2023 di SMA Negeri se-Kota Bekasi, kini Nasional Coruption Watch (NCW) siap melaporkan dugaan melawan hukum tersebut.
Ketua Investigasi NCW, Herman PS akui Tim nya telah mempersiapkan data-data kejahatan manipulasi data alamat palsu para peserta didik baru yang diterima dan atau diverifikasi oknum panitia PPDB.
Dedi Suryadi Kepsek SMAN 2
"Untuk Jalur Zonasi, banyak laporan dan aduan masyarakat kepada kita. Semisal perpindahan alamat KK (Kartu Keluarga) dan KTP (Kartu Tanda Pengenal) serta biodata Raport Siswa. Kebanyakan NIK nya sesuai alamat yang telah dipindahkan ke dekat sekolah. Namun tahun pembuatan KK nya tidak sesuai dengan SOP PPDB, yakni usia KK setahun atau lebih. Ironinya, bisa terverifikasi oleh pihak Panitia. Kita menduga, ada 'kongkalikong' nih antara Panitia PPDB dengan oknum," kata Herman kepada Media.
Lanjut dia, mudah membuktikan bilamana pihak Panitia berlaku JUJUR telah melakukan tugas sesuai Juknis, Juklak, SOP nya.
"Mereka (panitia PPDB) itu orang pintar. Orang terpilih karena intelektualitasnya. Seperti di SMAN 1, SMAN 2 dan SMAN 18 Kota Bekasi. Pihak panitia jeli dan mengetahui mana data di upload/input CPD (Calon Peserta Didik) yang benar dan mana yang palsu. Tapi anehnya, puluhan bahkan ratusan mungkin, data yang palsu tervalidasi juga. Disinilah muncul asumsi terjadi kongkalikong," ucapnya.
Disamping itu, lanjut dia. Banyak sekolah menyiapkan 'bangku kosong'.
"Di SMAN 2, kuota online 425. Agar genap 12 Rombel = 432, lalu 7 siswa masuk dri mana?. Demikian di SMAN 18, kuota online 351. Sepuluh rombel berarti kan 360. Kenapa di online tertulis kuota 351? Apakah 9 lagi di sebut 'bangku kosong' dan diperuntukkan buat CPDB yang dari mana?" ulang Herman.
Awak media ini pun sudah beberapa kali coba konfirmasi Kepala SMAN 1, Drs. Anung Edy Purwanto, M.Pd, dan plt Kepala SMAN 2, Dedi Suryadi S.Pd, M.Pd pun tidak kunjung menjawab.
Halnya SMAN 18 Kota, Kepala sekolah Medina Siti Almunawaroh yang diwakili wakilnya, Agus menerima kunjungan seperti dikutip dari Youtube PostKeadilan.
Pada wawancara, Agus tampak gelagapan dan berkilah ketika dicecar kenapa dalam online, Kuota 351, bukan 360 ?.
"Kalau pengajuan Kuota selain jumlah yang dipersyaratkan kita harus ngisi space yang tidak naik kelas. Kalau tiba tiba ada yang tidak naik kelas kepakai gimana?," jawab Agus.
Sementara, Agus mengakui bahwa Tidak ada yang tinggal kelas.
Agus: Yaa belum tau berapa orang yang tidak naik kelas, kita kan perkiraan. Nanti misalnya 2 atau 3 gimana?.
Dicecar tidak ada yang tidak naik kelas atau masih tetap di kelas 10. Lalu yang 9 'bangku kosong' siapa yang isi.?
"Ya itu tadi dari cadangan yang tidak naik kelas." ulang Agus dengan jawaban yang sama dan sangat tidak masuk akal.
Pasalnya, buka 10 Rombel di SMAN 18 butuh 360 siswa baru, namun secara online tertulis 351. Sementara tidak ada siswa kelas X tahun ajaran sebelumnya. Tentu ada 9 bangku kosong. Sayangnya, Agus sebagai perpanjangan tangan Kepala Sekolah Medina tidak bisa beri penjelasan yang masuk akal.*Parman. (Bersambung )